Senin, 04 Juni 2012

JANGAN GENGSI MINTA MAAF KE ANAK

Sebagai orang tua kita terkadang kurang begitu memperlakukan anak layaknya orang yang patut mendapatkan penghargaan lebih. Begitu juga dengan pendidik di lembaga pendidikan anak usia dini (paud) maupun di taman kanak-kanak. Semua terkesan merasa gengsi ketika dihadapkan dengan meminta maaf kepada anak. Padahal meminta maaf adalah hal yang seharusnya dilakukan jika bersalah kepada siapapun tanpa terkecuali.


Meminta maaf juga bisa menjadi media pembelajaran bagi anak. Mereka bisa belajar bagaimana cara menghargai orang lain. Anak yang di didik dengan budaya memnita maaf akan lebih mengalami perkembangan menjadi anak yang berkarakter pengasih dan penuh kasih sayang. Dan bukankah itu adalah hal yang sangat membagakan bagi orang tua jika melihat anaknya tumbuh demikian. Semua itu tidak terlepas dari sosok orang tua yang senantiasa memberi contoh dan teladan tentang tata cara meminta maaf yang baik kepada anak.

Mengaku bersalah

Sadari bahwa anda telah membuat kesalahan, dan akui itu padanya. Inilah salah satu faktor penting dalam meminta maaf. Tak jarang ini sulit dilakukan, karena orangtua merasa gengsi. Lupakan gengsi, kalau memang tak ingin masalah terus berlarut. 


Tulus

Ketika meminta maaf, anda harus tulus. Anak akan gampang mengetahui ketika anda membohonginya tentang hal ini. berilah Maaf yang serius. " Kak..Maafin Ibu Sayaaang, Ibu salah, Ibu udah menyalahkan kakak...Ibu akan hati-hati lagi kenapa Kakak sampe mukul adik Shua "  padahal pengalaman ini Joshua-lah yang duluan mukul kakanya, karena Kakanya lagi asyik nonton...tanpa sadar, setelah Joshua mukul otomatis kakak mukul kembali adiknya, yang terlihat terakhir, Kakanya yang mukul....kakanya yang salah, padahal nggak begitu, si adiknya disini yang salah...(kasus kecil) kalo bisa sampai nangislah kita minta maaf, biar terlihat tulus dan serius hehee ....

Tenang

Meminta maaf dalam keadaan emosi akan percuma. Kalau anda belum bisa bersikap tenang, katakan padanya bahwa anda butuh waktu untuk sendiri, sebelum melanjutkan pembicaraan dengannya. Kemudian, pikirkan apa yang terjadi dan apa penyebabnya agar pikiran jadi tenang. 

Tepat sasaran

Katakan permintaan maaf anda secara langsung dan dalam kalimat yang tidak berbelit-belit. Ingat, yang dimintakan maaf adalah sikap anda yang baru saja terjadi, bukan kepribadian anda. Misalnya, mintalah maaf atas kemarahan dan ucapan anda yang kasar, bukan atas kepribadian yang emosional. 

Jangan menyalahkan

Jangan balik menyalahkan anak hanya untuk membenarkan sikap anda. Misalnya, dengan mengatakan bahwa seandainya ia tidak malas, anda tidak akan marah terus padanya. Ini sama saja dengan tidak meminta maaf, melainkan justru menyalahkannya. 

Meminta maaf

Mengatakan bahwa anda bersalah dan bertanya apakah ia mau memaafkannya akan mempermudah untuk mengungkapkan penyesalan, sekaligus membuat anak belajar memahami cara memperbaiki hubungan. 

Evaluasi

Bersama anak, lihat kembali bagaimana anda bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik, dan sepakati cara yang akan dilakukan bila masalah yang sama terjadi lagi nanti. 

Lupakan

Bagaimanapun juga, anda hanya seorang manusia, yang tentu tidak sempurna dan bisa berbuat salah. Namun, jangan terus berkutat pada rasa bersalah. Setelah meminta maaf pada anak, lupakan masalah tersebut dan berusahalah untuk tidak mengulanginya lagi, sama seperti ketika memintanya tidak mengulang kesalahan. 

Jangan berlebihan

Berlebihan dan selalu meminta maaf, bahkan untuk hal-hal yang sangat sepele, justru akan membuat anda kehilangan wibawa. Mintalah maaf karena anda memang bersalah, bukan karena ingin berusaha menerapkan disiplin atau hukuman yang terbilang wajar, atas kesalahannya. 

Tapi sering juga Reaksi dan cara menghadapi suatu masalah berbeda-beda pada setiap anak. Ada yang mudah memaafkan , tapi ada pula yang tidak, sehingga menimbulkan dampak dalam jangka waktu lama, misalnya:
1. Anak kehilangan kepercayaan pada orang tua maupun orang lain
2. Anak kurang mamiliki kepercayaan diri
3. Anak tidak dapat mengendalikan diri atau emosi.
4. Anak merasa sedih, tersisih, tersinggung dan lainnya.
5. Anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dihargai perasaannya.

Maukah Anak kita seperti dampak diatas....??? Tinggalkan GENGSI Sekarang juga.....smoga bermanfaat...!!

1 komentar:

  1. ada dua kelompok dalam arus utama pengajaran khususnya anak di dunia....yaitu sistem barat dan timur. Sistem barat jelas dominasinya sehingga sampai sekarang pun mau gak mau kita harus mengakuinya bahwa di Negara Kita sistem formal negara kita cenderung mengikutinya. Yang ke dua adalah pola timur yang mungkin dapat dikatakan Cina sebagai wakilnya. dua hal yang membedakan (kalau gak salah) yaitu pendidikan ala barat memiliki arus agar anak diberikan kebebasan baik ekpresi, dst. Sedangkan pada pola timur....orang tua sebagai pemegang dominasi utama untuk mengarahkan anaknya. lalu kita mau yang mana. Jujur saja saya selaku orang tua terkadang terjebak pada kriteria hasil "nilai". bahwa sepanjang anak dapat nilai bagus maka kita sudah berhasil. Kekerasan utamanya verbal sudah menjadi makanan sehari-hari bagi anak. Barat dan timur???? pilih mana. lalu yang seperti apa sistem islami dalam pengajaran anak diterapkan...

    BalasHapus