Kamis, 30 Januari 2014

Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Blora Sudah Parah

Pemeriksaan zero survey dilakukan pada penghuni lokalisasi
BLORA. Menyebut identitas siapa-siapa saja yang terinfeksi virus HIV memang tidak diperbolehkan, karena melanggar HAM. Apalagi jika sampai menyebut alamat detail, sungguh-sungguh tidak diperbolehkan. Hanya kiranya perlu sebuah pemikiran tentang apakah perlu diumumkan secara gencar tentang temuan kasus HIV/AIDS di Blora dalam konteks untuk mencegah penularan yang lebih luas.

Sudah tentu tanpa harus melanggar aturan-aturan yang ada, karena memang masyarakat kita belum bisa menerima, bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengucilkan orang yang terinfeksi HIV.

Sebuah fakta yang ada, seperti yang dijelaskan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora Lilik Hernanto SKM, M.Kes, dari tahun 2008 sampai awal tahun 2014 kasus HIV/AIDS di Blora terus mengalami peningkatan. Sebut saja tahun 2008 ditemukan 4 kasus, 2009 ada 3 kasus, 2010 ada 4 kasus, 2011 ada 11 kasus, untuk tahun 2012 ada 31 kasus dan tahun 2013 hingga April ditemukan 14 kasus.

"Hampir 70 persen kasus HIV yang ditemukan sudah menjadi AIDS, dan 80 persen penderita AIDS sudah meninggal dunia," tandas Lilik.

Tepatnya, tahun 2013 DKK Blora berhasil menemukan 30 kasus HIV/AIDS. Adapun di tahun 2014 sampai Januari ini DKK sudah menemuakn 4 kasus penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya itu.

Dari data-data yang ada, sebuah pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah sudah sebegitu parahnya penyebaran penyakit HIV/AIDS di Blora. Padahal diprediksikan temuan penyakit tersebut, selama ini hanya dipermukaan saja, dimungkinkan jumlah kasus yang sebenarnya lebih besar. Bisa diibaratkan seperti fenomena gunung es.

Menyikapi hal itu, DKK Blora menyiapkan langkah-langkah yang cukup taktis. Diantaranya melakukan zero survey di kelompok-kelompok orang yang rentan terjangkit penyakit HIV, misalnya di lokalisasi atau di tempat lainnya. Tujuannya agar segera bisa mendeteksi kasus dan mengantisipasi penyebarannya.

Patut disyukuri adanya klinik Voluntary Conselling and Testing (VCT) di RSU Blora dan yang baru klinik VCT di RSU Cepu sudah berjalan. Artinya banyak masyarakat yang datang untuk berkonseling sehingga presentase pendeteksiannya akan lebih besar. Masyarakat yang datang ke klinik dijamin kerahasiaannya jika memang dalam pemeriksaan lanjutan diketahui positif terjangkit. Bahkan akan dilakukan pengobatan rutin, minimal bisa dilakukan pengobatan untuk mencegah peningkatan dari HIV ke AIDS.

Dampak penting yang ada sebenarnya bukan sekedar penemuan kasus dan langkah-langkah pengobatan, melainkan pencegahan dini agar tidak terjadi penyebaran lebih luas, akibat ketidaktahuan seseorang , kelompok orang atau masyarakat. Karena itu, Lilik mengimbau kepada masyarakat yang memang perlu untuk konsultasi ke klinik VCT untuk tidak menunda. Kerahasiaan akan terjamin dan tidak akan dipungut biaya.

"Di klinik VCT RSU Cepu yang dibuka sejak November 2013, jumlah pengunjung sebanyak 16 orang dan dalam pemeriksaan selanjutnya 5 orang diantaranya positif terinfeksi HIV," jelasnya.

Lagi-lagi ini adalah sebuah fakta. Dari data yang ada tahun 2012, penemuan kasus penderita HIV/AIDS di Blora boleh jadi perlu disikapi. Yakni dari 31 kasus yang ada jika ditilik dari jenis kelaminnya yang terbanyak adalah perempuan (51,61%) dan jika dilihat dari jenis pekerjaan terbanyak alah ibu rumah tangga (41,94%).

Menurut Lilik Hernanto, jumlah keseluruhan kasus HIV/AIDS di Blora tahun 2012 total akumulasi sebanyak 31 orang dari 65 orang yang datang ke klinik VCT RSU Blora. Adapun menurut golongan umur terbanyak adalah usia 21 sampai 35 tahun, dimana pada rentang usia ini termasuk dalam usia produktif sebesar 45%. Sedangkan menurut faktor resiko adalah heteroseksual (gonta-ganti pasangan seks yakni mencapai 83,87%.

Kemudian tahun 2013, data HIV/AIDS yang sudah ditemukan adalah 11 kasus dari 25 orang yang datang ke klinik VCT di RSU Blora. Dari temuan kasus tersebut jika dilihat dari jenis kelamin, sebanyak 63,64% adalah laki-laki, adapun jika menurut umur kebanyakan usia antara 31 - 40 tahun (54,55%) . Menurut tingkat pendidikan 63.63% pendidikan SLTP, sedangkan menurut jenis pekerjaan kebanyakan tani, sedangkan faktor resiko adalah heteroseksual. (infoblora)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar