Bandara A Yani |
Bandara di Jateng yang kini sedang berjalan proses revitalisasi yakni Bandara Internasional A Yani Semarang, Bandara Dewandaru di Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Lapangan Terbang (Lapter) Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora dan Bandara Wirasaba di Kabupaten Purbalingga.
Selain Bandara Internasional A Yani Semarang, ketiga bandara yang kini dalam proses revitalisasi merupakan bandara kecil yang hanya dapat disinggahi pesawat kecil jenis Cassa, namun setelah dilakukan pengembangan dan revitalisasi diharapkan akan dapat didarati dengan pesawat lebih besar berkapasitas 40 orang lebih.
Bandara A Yani sendiri meskipun merupakan bandara internasional dipandang belum memadai dan layak sebagai bandara dengan kepadatan yang semakin tinggi, apalagi setelah musibah amblesnya apron bandara sepanjang 20 meter dengan kedalaman 5 centimeter mengakibatkan pesawat Lion Air Boeing 737-900 ER PK rute Semarang-Jakarta gagal take off.
"Kejadian kemarin itu peringatan untuk mempercepat program revitalisasi dan pengembangan Bandara A Yani, karena kondisi sekarang yang tidak layak yakni landasan bergelombang," kata Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Abdul Fikri Faqih.
Revitalisasi dan pengembangan bandara, demikian Abdul Fikri Faqih, menjadi hal yang mendesak karena selain kondisi landasan tersebut, terminal pelabuhan juga kurang layak dan tidak mencukupi untuk menampung penumpang pesawat terbang yang jumlahnya terus bertambah.
Airport Fasilitis Readiness Section Head Eddy Susanto mengatakan penyebab aspal di apron di Bandara Internasional Ahmad Yani ambles pada saat pesawat Lion Air JT 505 akan melakukan take off karena usia apron bandara sudah lama yakni dibangun pada 1950-an.
Selain usia, demikian Eddy Susanto, letak geografis yang dibangun di dekat laut, berpengaruh pada struktur tanah terutama saat datangnya musim hujan, sehingga segera dilakukan perbaikan apron dengan material-material berkualitas untuk menjamin kekuatan.
Revitalisasi bandara saat ini juga sedang berlangsung di Bandara Dewandaru di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara yakni dilakukan perpanjangan landasan bandara dari sebelumnya 900 meter menjadi 1.200 meter dan lebar 23 meter.
Perpanjangan landasan ini yang baru berlangsung, diharapkan akan meningkatkan kapasitas bandara, sehingga tidak hanya mampu didarati oleh pesawat carteran kecil jenis Cassa, tetapi pesawat komersil lebih besar dengan kapasitas penumpang diatas 40 orang.
Kepala Dinas Perhubungan Kominikasi dan Informasi Jateng Urip Sihabudin mengatakan revitalisasi dan pengembangan Bandara Dewandaru ini cukup strategis, selain akan membuka Kepulauan Karimunjawa dari keterisolasian pada saat gelombang tinggi dan mempermudah mobilisasi warga, juga akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke kepulauan ini.
Pemprov Jateng membebaskan 3,5 hektare lahan untuk jalur keselamatan bandara dengan anggaran Rp2,5 miliar, demikian Urip Sihabudin, Pemkab Jepara kebagian membebaskan lahan seluas 0,7 hektare, sehingga jika pembebasan 4,2 hektare lahan itu tercapai tahun ini, maka sisanya tinggal 1,8 hektare.
"Kita mentargetkan awal tahun 2014 ini penerbangan komersial masuk ke Bandara Dewandaru," kata Urip Sihabudin.
Bandara lain yang kini juga sedang dirumuskan untuk dilakukan revitalisasi dan pengembangan adalah lapangan terbang (Lapter) Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora yakni pembebasan lahan seluas 60 hektare.
Selain menjadi bandara komersil, pengembangan bandar udara ini juga mendukung kegiatan pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat) Migas Cepu dan industrialisasi migas Blok Cepu dan anggaran pembebasan tanah ditanggung pemerintah pusat yang dialokasikan pada Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2013 lalu.
Bupati Blora Djoko Nugroho mengatakan targetnya pembebasan lahan untuk Bandara Ngloram harus selesai karena jika tidak selesai anggaran tidak terpakai dan akan kembali.
Pembebasan lahan seluas 60 hektare dari mulai Desa Ngloram hingga Desa Klagen, Kecamatan Kedungtuban, demikian Djoko Nugroho, yakni untuk penambahan panjang landasan pacu pesawat (runway) dari 900 meter menjadi 2.200 meter.
"Jika pembangunan lancar, maka tahun 2015 bandara ini sudah dapat beroperasi," tambahnya.
Demikian juga dengan Bandara Wirasaba di Kabupaten Purbalingga, Pemprov Jateng akan menjadikan bandara ini menjadi bandara komersial, karena dengan dibukanya bandara yang sebelumnya diketahui milik militer ini maka akan membuka pertumbuhan ekonomi di daerah Purbalingga, Purwokerto, Banjarnegara, Kebumen, Pemalang dan Wonosobo.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada Media Indonesia mengatakan pembangunan infrastruktur yang sedang digarap saat ini di antaranya adalah revitalisasi bandara yang ada disamping pembangunan sarana prasarana angkutan darat dan laut.
"Revitalisasi Bandara A Yani sangat mendesak, saya sudah tekankan bahwa jika A Yani sekarang tidak berubah maka pilihannya adalah kita pindahkan karena ini akan memacu pertumbuhan ekonomi Jateng," kata Ganjar Pranowo.
Menyangkut revitalisasi Bandara Wirasaba, menurut Ganjar Praniowo juga merupakan salah satu pembangunan infrastruktur yang sedang digarap, karena akan membuka perekonomian di daerah sekitar Purbalingga, bahkan akan memimpin langsung agar Bandara Wirasaba segera mendapatkan izin dari Kementrian Perhubungan (Kemenhub).
Pemprov Jateng serius menggarap Bandara Wirasaba, demikian Ganjar Pranowo, bahkan untuk menggarap ini sudah melakukan pembicaraan intensif dengan lima bupati dan mereka juga menunjukkan keseriusannya.
"Kita targetkan dua tahun dan perbaikan perpanjangan landasan hanya butuh ana Rp80 miliar dan dapat dianggarkan secara gotong royong," tambahnya. (Ms-infoblora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar