LIMBAH HEWAN: Kartono, warga RT-01/RW-02 Desa kedungringin, Blora, saat mengolah biogas dari kotoran hewan. |
Bukti keakraban dengan kotoran hewan ditunjukkan oleh 14 kepala keluarga (KK) atau sekitar 70 jiwa di RT 01 RW 02 Desa Kedungringin, salah satu dari 295 desa/kelurahan di Kabupaten Blora yang sudah sekitar tiga tahun belakangan ini mandiri soal energi gas rumah tangga. Dari lingkup RT yang berjarak sekitar 18 Km barat Blora kota itu, warga benar-benar mandiri dan tidak pernah mengeluhkan kelangkaan atau mahalnya harga gas elpiji rumah tangga. Mereka juga tidak pernah bingung dengan program konvensi minyak tanah ke gas, karena warga merasa tertolong dengan kotoran hewan.
"Warga di sini rata-rata memiliki tiga hingga enam ekor sapi. Hewan peliharaan tersebut selain bisa menghidupi keluarga untuk dijual setelah gemuk, limbah kotorannya pun sangat bermanfaat untuk pupuk dan energi biogas," ungkap Kartono, tokoh masyarakat Desa Kedungringin, Minggu (26/1).
Bagi Kartono dan tetangganya, kotoran hewan sapi adalah benda yang bermanfaat untuk mendukung kemandirian energi rumah tangga, sebab dari limbah hewan peliharaan itu, sekitar 70 jiwa di RT-nya tercukupi energi gas untuk memasak sehari-hari secara mandiri tanpa harus mengandalkan elpiji yang belakangan ini harganya cukup fluktuatif.
"Dari kotoran sapi itu pula, beberapa KK juga memanfaatkan untuk lampu penerangan rumah, mirip lampu petromak zaman dulu," ungkap bapak dengan tiga anak, dua di antaranya anggota kepolisian ini.
■ Galang Kerukunan
Di wilayah RT 01/RW 02 Desa Kedungringin itu, benar-benar memanfaatkan dan merawat proyek biogas atau bio natural (bionat) dari kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) pada 2011 lalu, yakni sebuah proyek sederhana yang berbahan natural berupa kotoran hewan peliharaan (sapi). Caranya gampang dan sederhana, wanita atau ibu rumah tangga juga bisa dengan mudah mengolah limbah sapi menjadi bahan energi yang mana kotoran sapi diaduk dengan air, setelah rata dimasukkan dalam tangki cor beton yang tertanam dalam tanah.
"Kalau suami saya pas tidak di rumah karena tugas kantor, saya dibantu anak ya mengaduk limbah sapi sendiri. Dengan cara ini hemat dan bermanfaat," ungkap Suyani, salah satu ibu rumah tangga di RT mandiri energi itu.
Dengan mengelola biogas di wilayah tersebut, warga menjadi terbiasa dan akrab dengan kotoran hewan. Mereka mengolah limbah sapi untuk bahan bio nat yang dimasukkan ke dalam tangki hingga penuh, rata-rata setiap dua hari warga tercukupi energinya dengan memanfaatkan kotoran hewan, dua atau tiga ekor sapi saja.
"Limbah biogas tidak terbuang begitu saja, bisa dimanfaatkan untuk pupuk tumbuhan padi atau sejenisnya," tutur Suwignyo.
Dari biogas itu pula, menurut Suparman, kerukunan antar warga terjalin positif, sebab dengan cara memanfaatkan satu tangki untuk dua atau tiga rumah, mereka merasa bahwa pemanfaatan energi limbah hewan bisa menggalang kebersamaan dan hidup hemat bersama. (wawasan 27/01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar