Selasa, 15 Mei 2012

CITRA (BAYANGAN WAKTU FAJAR)

 

      Citra: Bayangan Waktu Fajar adalah teks drama karya Usmar Ismail, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, tahun 1943.Drama ini sesuai dengan masa penciptaanya, terdapat hal-hal yang mempropagandakan kepentingan Jepang.
      Drama ini mengisahkan perseturuan antara dua kakak beradik dengan karakter yang bertolak belakang. Perilaku tidak terpuji, merendahkan martabat orang lain, senang berfoya-foya adalah sifat yang dianggap tidak pantas. Demikianlah pesan drama ini. Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang apabila terus dihamburkan tentu akan habis. Drama ini mengisahkan  prilaku kurang terpuji dari seorang laki-laki yang terpuruk pada akhir kehidupannya.
      Tokoh-tokoh cerita ini adalah Pak Suryo; pemilik Onderneming teh Megaputih. Setelah meninggal, usahanya dilanjutkan oleh Ibu Suryo; Harsono, anak Pak Suryo. Ia tumbuh menjadi anak manja dan suka menghamburkan uang; Sutopo, kakak tiri Harsono, di tuduh oleh Harsono menghabiskan kekayaan ayahnya; Suryani, anak pungut keluarga Suryo, yang dinodai oleh Harsono, namun Harsono tidak mau bertanggung jawab. Ia akhirnya menikah dengan Sutomo.
      Pemilik perkebunan teh Onderneming teh megaputih, bernama Suryo memiliki anak lelaki bernama Harsono. Ia sangat menyayangi dan memanjakan anaknya ini. Harsono tumbuh menjadi manja, egois, dan suka menghambur-hamburkan harta. Pak Suryo juga mempunyai anak tiri bernama Sutopo. Berbeda dengan Harsono, ia adalah pemuda yang berbudi luhur, taat kepada orang tua, dan suka membantu perkebunan itu. Ia tidak keberatan ketika adik tirinya menganggapnya sebagai pekerja harian. Namun, Harsono tetap tidak menyukai kakak tirinya itu. Ia selalu berburuk sangka terhadapnya dan menuduh bahwa Sutomo bermaksud menguasai harta ayahnya.
       Pak Suryo kemudian meninggal. Onderneming Megaputih diteruskan oleh isterinya. Harsono memilih hidup di kota dan memboroskan harta ayahnya. Sutomo yang tidak ingin melihat ibunya bekerja sendiri, membantu menjalankan Onderneming Megaputih, Karena kemahiran Sutomo dalam mengelola Onderneming teh Megaputih, perkebunan itu berkembang pesat. Harsono tidak menghargai jerih payahnya. Ia bahkan menganggap kakak tirinya sebagai pekerja biasa dan mengabaikan haknya.
      Ibunya memanggil Harsono untuk kembali ke perkebunan. Ia ingin Harsono menangani perkebunan itu. sutomo menyerahkan Onderneming tersebut kepada adik tirinya. Banyak pekerja tidak menyukai Harsono karena tindakannya kasar kepada bawahannya. Ia bahkan menodai Suryani, buruh pemetik teh. Ia juga mencoba menodai Sandra, wanita cantik, yang bertabiat buruk dan sangat materialistis.
      Karena kecantikan dan kemahiran Sandra dalam merayu, Harsono jatuh kedalam jeratan wanita itu. Ia rela menghambur-hamburkan hartanya untuk menyenangkan wanita itu. Hubungan Harsono dan Sandra semakin akrab berkat bantuan Sutomo.
      Harsono dan Sandra sepakat untuk menikah. Setelah itu, mereka berangkat ke Jakarta dengan membawa sejumlah uang pemberian ibu suryo. Namun, perkawinan mereka tidak bahagia. Sandra selalu memboros-boroskan hartanya, sehingga keuangan Harsono makin lama makin menipis dan habis tak bersisa. Kini Harsono tidak mempunyai kekayaan apapun. Atas hasutan Suwanto, Sandra pergi meninggalkan Harsono. Ketika mengetahui kepergian isterinya, Harsono menjadi sangat marah.
      Pada saat yang bersamaan, Harsono didatangi oleh Sutomo dan Suryani. Mereka datang untuk minta pertanggungjawaban Harsono. Namun, Harsono tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Ia bahkan memaki-maki kedua orang itu sehingga suasana bertambah tegang. Sutopo menahan emosinya, sehingga tidak terjadi pertengkaran diantara mereka.
      Beberapa hari kemudian, Sandra menemui Harsono untuk menuntut cerai. Harsono menolak permintaan itu. Ia menegaskan bahwa sepantasnya suami isteri itu selalu bersama dalam menanggung kesusahan dan kesenangan. Mendengar penuturan suaminya, Sandra mengatakan bahwa ia menikah denganya bukan karena cinta, melainkan karena harta. Karenasuaminya tidak berharta lagi, ia tidak berniat meneruskan rumahtangga mereka. Harsono sangat marah mendengar jawaban istrinya. Ia menampar Sandra dan mencekiknya hingga wanita itu tewas.
      Dalam keadaan yang sangat kacau. Harsono melaporkan kematian istrinya kepada polisi. Namun, hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa kematian Sandra disebabkan penyakit jantung yang menyerang tiba-tiba, bukan karena penganiayaan. Setelah kejadian itu, Harsono memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk melihat keluarganya terakhir kalinya. Setelah itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.
      Sementara itu, Sutopo menikah dengan Suryani. Pikiran Sutopo sedang melayang-layang ke masa lalu pada saat Suryani masih remaja. Ia sering mendengar dentingan piano Suryani menyanyikan lagu Citra, yaitu bayangan waktu fajar yang diciptakan oleh Comel Simanjuntak, salah seorang temannya yang menjadi pujangga musik dahulu. Kini takdir tuhan telah menentukan Suryani sebagai istrinya.
      Harsono mengakui kesalahannya di hadapan ibunya. Ia sadar semua prasangka buruk kepada kakak tirinya tidak benar. Ia mengaku bahwa kakak tirinyalah yang telah menyelamatkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar