Sabtu, 28 Juli 2012

Perajin Kripik Tempe Blora Keluhkan Harga Kedelai

...........
BLORA, goasentono.blogspot.com - Sejumlah perajin kripik tempe di Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora, Blora terancam rugi terus jika harga kedelai tidak segera turun. Pasalnya dengan harga sekarang yang mencapai Rp 8.000 perkilogramnya, keuntungan yang diadapat mereka selalu turun. Belum lagi harga bahan baku lainnya juga selalu naik seperti minyak goreng dan tepung terigu.

Selama ini di kabupaten Blora, Kedungjenar memang menjadi sentra kripik tempe. “Terus terang dengan harga kedelai yang mencapai Rp 8.000, jelas membuat keuntungan kami menurun,” ungkap ibu Dwi pemilik Kripik Tempe asal Kelurahan Kedungjena, Sabtu (28/7).
Menurut pemilik merek kripik tempe "Titik Cerah" ini, dalam sehari dia membutuhkan kedelai sebanyak enam kilo, yang setelah dibuat tempe dan diiris manual pakai pisau bisa menjadi 100 bungkus kripik tempe. Selain itu juga menghabiskan 10 kg tepung terigu dan juga lima liter minyak goreng. Padahal harga keduanya juga terus merangkak naik.
Sebungkusnya dibandrol Rp 4.000. Setelah harga kedelai naik dia mengaku keuntungan yang biasanya sebesar Rp 150 ribu berkurang antara Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. “Untuk menaikkan sementara ini belum berani, karena harga segitu langganan saja banyak yang menawar, apalagi dinaikkan,” katanya.
Hal yang sama di sampaikan oleh Trio Budi Rinawati, meski harga kedelai dan bahan baku lainnya naik, dirinya tetap membuat kripik tempe sesuai harga semula, sebab bila dinaikkan maka pelanggan yang sudah lama membeli kripik tempenya bisa lari.
Alhasil saat ini solusinya dengan menipiskan irisan tempenya. Namun demikian bila harga kedelai terus beranjak naik maka dia berencana menaikkan harga, namun juga melihat para perajin lainnya akan menaikkan harga atau tidak. “Mau gimana lagi harga bahan baku kripik tempe semakin hari selalu naik, seperti saat ini yang mencapai Rp 8.000 padahal kemarin masih sekitar Rp 6.500an,” katanya.
Dalam sehari, dia mengakui rata-rata membuat 100 bungkus namun bisa lebih tergantung dari permintaan yang ada. 100 bungkus itu dihasilkan dari enam kilogram kedelai. “Kami berharap agar pemerintah cepat bertindah dengan menurunkan harga kedelai agar perajin seperti kami tidak dirugikan, karena inilah sumber penghidupan kami dan masyarakat,” harapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar