...........
BLORA, goasentono.blogspot.com - Sejumlah perajin kripik
tempe di Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora, Blora terancam rugi
terus jika harga kedelai tidak segera turun. Pasalnya dengan harga
sekarang yang mencapai Rp 8.000 perkilogramnya, keuntungan yang diadapat
mereka selalu turun. Belum lagi harga bahan baku lainnya juga selalu
naik seperti minyak goreng dan tepung terigu.
Selama ini di kabupaten Blora, Kedungjenar memang menjadi sentra
kripik tempe. “Terus terang dengan harga kedelai yang mencapai Rp 8.000,
jelas membuat keuntungan kami menurun,” ungkap ibu Dwi
pemilik Kripik Tempe asal Kelurahan Kedungjena, Sabtu (28/7).
Menurut
pemilik merek kripik tempe "Titik Cerah" ini, dalam sehari dia membutuhkan
kedelai sebanyak enam kilo, yang setelah dibuat tempe dan diiris manual
pakai pisau bisa menjadi 100 bungkus kripik tempe. Selain itu juga
menghabiskan 10 kg tepung terigu dan juga lima liter minyak goreng.
Padahal harga keduanya juga terus merangkak naik.
Sebungkusnya
dibandrol Rp 4.000. Setelah harga kedelai naik dia mengaku keuntungan
yang biasanya sebesar Rp 150 ribu berkurang antara Rp 40 ribu sampai Rp
50 ribu. “Untuk menaikkan sementara ini belum berani, karena harga
segitu langganan saja banyak yang menawar, apalagi dinaikkan,” katanya.
Hal
yang sama di sampaikan oleh Trio Budi Rinawati, meski harga kedelai dan
bahan baku lainnya naik, dirinya tetap membuat kripik tempe sesuai harga
semula, sebab bila dinaikkan maka pelanggan yang sudah lama membeli
kripik tempenya bisa lari.
Alhasil saat ini solusinya dengan
menipiskan irisan tempenya. Namun demikian bila harga kedelai terus
beranjak naik maka dia berencana menaikkan harga, namun juga melihat
para perajin lainnya akan menaikkan harga atau tidak. “Mau gimana lagi
harga bahan baku kripik tempe semakin hari selalu naik, seperti saat ini
yang mencapai Rp 8.000 padahal kemarin masih sekitar Rp 6.500an,”
katanya.
Dalam sehari, dia mengakui rata-rata membuat 100 bungkus
namun bisa lebih tergantung dari permintaan yang ada. 100 bungkus itu
dihasilkan dari enam kilogram kedelai. “Kami berharap agar pemerintah
cepat bertindah dengan menurunkan harga kedelai agar perajin seperti
kami tidak dirugikan, karena inilah sumber penghidupan kami dan
masyarakat,” harapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar