Meminta maaf juga bisa menjadi media pembelajaran bagi anak. Mereka bisa belajar bagaimana cara menghargai orang lain. Anak yang di didik dengan budaya memnita maaf akan lebih mengalami perkembangan menjadi anak yang berkarakter pengasih
dan penuh kasih sayang. Dan bukankah itu adalah hal yang sangat
membagakan bagi orang tua jika melihat anaknya tumbuh demikian. Semua
itu tidak terlepas dari sosok orang tua yang senantiasa memberi contoh dan teladan tentang tata cara meminta maaf yang baik kepada anak.
Mengaku bersalah
Sadari bahwa anda telah
membuat kesalahan, dan akui itu padanya. Inilah salah satu faktor
penting dalam meminta maaf. Tak jarang ini sulit dilakukan, karena
orangtua merasa gengsi. Lupakan gengsi, kalau memang tak ingin masalah
terus berlarut.
Tulus
Ketika meminta maaf, anda harus
tulus. Anak akan gampang mengetahui ketika anda membohonginya tentang
hal ini. berilah Maaf yang serius. " Kak..Maafin Ibu Sayaaang, Ibu
salah, Ibu udah menyalahkan kakak...Ibu akan hati-hati lagi kenapa Kakak
sampe mukul adik Shua " padahal pengalaman ini Joshua-lah yang duluan mukul
kakanya, karena Kakanya lagi asyik nonton...tanpa sadar, setelah Joshua
mukul otomatis kakak mukul kembali adiknya, yang terlihat terakhir,
Kakanya yang mukul....kakanya yang salah, padahal nggak begitu, si adiknya
disini yang salah...(kasus kecil) kalo bisa sampai nangislah kita minta
maaf, biar terlihat tulus dan serius hehee ....
Tenang
Meminta maaf dalam keadaan emosi
akan percuma. Kalau anda belum bisa bersikap tenang, katakan padanya
bahwa anda butuh waktu untuk sendiri, sebelum melanjutkan pembicaraan
dengannya. Kemudian, pikirkan apa yang terjadi dan apa penyebabnya agar
pikiran jadi tenang.
Tepat sasaran
Katakan permintaan maaf anda
secara langsung dan dalam kalimat yang tidak berbelit-belit. Ingat,
yang dimintakan maaf adalah sikap anda yang baru saja terjadi, bukan
kepribadian anda. Misalnya, mintalah maaf atas kemarahan dan ucapan anda
yang kasar, bukan atas kepribadian yang emosional.
Jangan menyalahkan
Jangan balik menyalahkan anak hanya untuk membenarkan sikap anda.
Misalnya, dengan mengatakan bahwa seandainya ia tidak malas, anda tidak
akan marah terus padanya. Ini sama saja dengan tidak meminta maaf,
melainkan justru menyalahkannya.
Meminta maaf
Mengatakan bahwa anda bersalah
dan bertanya apakah ia mau memaafkannya akan mempermudah untuk
mengungkapkan penyesalan, sekaligus membuat anak belajar memahami cara
memperbaiki hubungan.
Evaluasi
Bersama anak, lihat kembali
bagaimana anda bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik, dan sepakati
cara yang akan dilakukan bila masalah yang sama terjadi lagi nanti.
Lupakan
Bagaimanapun juga, anda
hanya seorang manusia, yang tentu tidak sempurna dan bisa berbuat salah.
Namun, jangan terus berkutat pada rasa bersalah. Setelah meminta maaf
pada anak, lupakan masalah tersebut dan berusahalah untuk tidak
mengulanginya lagi, sama seperti ketika memintanya tidak mengulang
kesalahan.
Jangan berlebihan
Berlebihan dan selalu
meminta maaf, bahkan untuk hal-hal yang sangat sepele, justru akan
membuat anda kehilangan wibawa. Mintalah maaf karena anda memang
bersalah, bukan karena ingin berusaha menerapkan disiplin atau hukuman
yang terbilang wajar, atas kesalahannya.
Tapi sering juga Reaksi dan cara menghadapi suatu masalah berbeda-beda pada setiap anak. Ada yang mudah memaafkan , tapi ada pula yang tidak, sehingga menimbulkan dampak dalam jangka waktu lama, misalnya:
1. Anak kehilangan kepercayaan pada orang tua maupun orang lain
2. Anak kurang mamiliki kepercayaan diri
3. Anak tidak dapat mengendalikan diri atau emosi.
4. Anak merasa sedih, tersisih, tersinggung dan lainnya.
5. Anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dihargai perasaannya.
Maukah Anak kita seperti dampak diatas....??? Tinggalkan GENGSI Sekarang juga.....smoga bermanfaat...!!
ada dua kelompok dalam arus utama pengajaran khususnya anak di dunia....yaitu sistem barat dan timur. Sistem barat jelas dominasinya sehingga sampai sekarang pun mau gak mau kita harus mengakuinya bahwa di Negara Kita sistem formal negara kita cenderung mengikutinya. Yang ke dua adalah pola timur yang mungkin dapat dikatakan Cina sebagai wakilnya. dua hal yang membedakan (kalau gak salah) yaitu pendidikan ala barat memiliki arus agar anak diberikan kebebasan baik ekpresi, dst. Sedangkan pada pola timur....orang tua sebagai pemegang dominasi utama untuk mengarahkan anaknya. lalu kita mau yang mana. Jujur saja saya selaku orang tua terkadang terjebak pada kriteria hasil "nilai". bahwa sepanjang anak dapat nilai bagus maka kita sudah berhasil. Kekerasan utamanya verbal sudah menjadi makanan sehari-hari bagi anak. Barat dan timur???? pilih mana. lalu yang seperti apa sistem islami dalam pengajaran anak diterapkan...
BalasHapus