Dua pekerja tengah memproses pembuatan gula merah tumbu di Desa Sendangwates, Kecamatan Kunduran, Blora |
"Biasanya masa produksi gula merah tumbu rata-rata empat bulan dalam setahun. Yakni saat musim tebang tebu di saat musim kemarau. Bulan Juni ini mulai produksi. Biasanya Oktober sudah selesai," ujar Hasan, pengrajin gula merah tumbu di Desa Sendangwates, Kecamatan Kunduran, Selasa (19/6).
Dia mengungkapkan setiap hari menggiling tebu dengan mesin manual. Perasan air tebu kemudian dimasak menggunakan lima drum. Api pembakaran memakai ampas tebu. "Semua bagian tebu bisa dimanfaatkan," tandasnya.
Hasanudin mengemukakan bahan baku tebu diperoleh dari lahan miliknya sendiri. Selain itu juga membeli tebu dari petani lain. Dia menyatakan sejak dua tahun terakhir bahan baku mudah didapat. Pasalnya para petani di Blora sudah banyak yang membudidayakan tebu seiring akan berdirinya pabrik gula PT Gendhis Multi Manis (GMM) di Desa Tinapan Kecamatan Todanan.
Pembuatan gula merah tumbu dilakukan secara berkelompok, yakni terdiri dari sejumlah orang. Sebagian memeras tebu hingga keluar airnya, menyingkirkan ampas tebu, dan sebagian lainnya memasak air tebu. Memasaknya butuh waktu sehari sampai air tebu benar-benar kental menjadi gula merah. "Setelah itu baru dimasukkan ke dalam tumbu atau wadah gula merah," tandas Wasiman (40), pengrajin gula merah tumbu lainnya.
Menurutnya dalam sehari kelompoknya memproduksi gula merah rata-rata seberat dua ton. Namun gula tersebut dikumpulkan lebih dulu jika hendak dijual keluar daerah. "Biasanya kami kirim ke Kudus minimal delapan ton sekali angkut," katanya.
Hanya Wasiman enggan membeber berapa keuntungan yang didapat dari memproduksi dan menjual gula tersebut. Sebab menurutnya tidak dibutuhkan modal banyak dalam usaha tersebut. Apalagi lokasi produksi gula berada di kawasan lahan tebu yang telah siap panen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar