Selasa, 14 Februari 2012

TRADISI GUMBREGAN DI SUNGGUN –MEDALEM KEC.KRADENAN


Blora (goasentono.blogspot.com) KENTHONG nada uluk-uluk (peringatan) dipukul bertalu-talu, sebagai isyarat agar masyarakat di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Blora segera datang untuk melakukan kenduri sesaji ketupat tradisi Wuku Gumbreg.
Mendengar bunyi kenthongan, warga berdatangan membawa sesaji ketupat buatannya dari rumahnya masing-masing.
Ada yang membuat sebanyak sembilan jodo (18 ketupat), delapan jodo (16) dan tujuh jodo (14). Ketupat-ketupat itu, kemudian dikumpulkan di sepanjang jalan sekitar pertigaan Sunggun yang kearah Sendang, untuk sesaji kenduri Wuku Gumbreg atau Gumbregan. Uniknya dari prosesi ini, para pamong desa (kamituo, bayan, modin) tidak memakai ketupat, tetapi pakai sego liwet (nasi liwet).
'' Tradisi ini telah mewaris secara turun-temurun sejak dari nenek moyang. Setahun dilakukan sekali, yakni setiap hari Jumat Pahing pada Wuku Gumbreg, kalau dulu diadakan setelah tandur (menanam padi), acara ini tidak boleh dihilangkan, danyange Sunggun yang berupa Harimau putih akan marah jika prosesi ini di hilangkan dengan cara menampakkan wujudnya '' ujar Pak Salim salah satu tokoh Warga Sunggun.

Kenapa harus ketupat…??  “ wah kalau itu saya kurang paham, masalahnya ini sudah tradisi dari nenek moyang, jadi kita-kita ini tinggal ikut saja” Tandas pak Salim.
“ Tapi yang jelas ketupat itu mempunyai filosofi yang tinggi, yang perlu diperhatikan dalam prosesi gumbregan syaratny harus ada kupat luar, kupat luar ini bentuknya lain ama ketupat lainnya, dan tidak ada isinya alias kosong…..” tambah pak salim.


Ini-ketupat-sinta-ketupat-bawang-ketupat-luar-Nama-anyamannya
Tradisi Gumbregan tahun  ini, digelar Jumat pahing (3 Februari 2012) sekitar jam 06.00 dengan diikuti seluruh warga Sunggun. Modin, bertugas menyampaikan petuah secara kejawen (tanduk), kemudian diteruskan dengan pembacaan doa, semua warga mengamininya. Doa di panjatkan sebagai ungkapan terimakasih karena telah menjaga semua hewan, menjaga pangonan (pengembalaan), menjaga sumber air, juga doa kepada leluhur yang di percaya mendirikan kampung setempat.
Semuanya bertujuan senantiasa memberikan kebaikan, khususnya kepada warga pemilik ternak yang berdoa dan memohon berkah kesejahteraan dan kemakmuran kepada Tuhan.
Usai dipanjatkan doa, sesaji ketupat yang dikumpulkan menggunung di tengah kerumunan penduduk yang melakukan ritual kenduri itu, kemudian dibagikan pada yang hadir. Sebagian dibawa pulang untuk dimakan bersama anggota keluarganya.
ada tiga hal penting dalam penyelenggaraan ritual Gumbregan.
Pertama, sebagai pernyataan syukur kepada Tuhan.
Kedua, pernyataan terima kasih kepada semua bebahu (tenaga) penggarap sawah. Ketiga, sebagai penghargaan kepada rajakaya (ternak), khususnya kerbau atau sapi yang pernah berjasa ketika digunakan untuk membajak sawah.



Fotografer : Micoe Tietisan Moesttary
Kamera    : Poenya Lies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar