Jumat, 17 Februari 2012

BUKIT CINTA JEPON, TEMPAT MUDA-MUDI BERAKHIR PEKAN



Tak ada yang tahu pasti sejak kapan perbukitan yang dikenal dengan nama Gunung Selo Parang di salah satu kawasan di Desa Tempel-Lemahbang, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora ini dinamai Bukit Cinta. Yang pasti, di Bukit Cinta itu tertera ratusan--bahkan mungkin ribuan yang telah luntur--tulisan cinta pasangan muda-mudi yang berkunjung di sana.

SORE jam 3 pada hari itu sehabis hujan mengguyur. Seorang gadis seusia sekolah SMP dengan helm yang tak dilepas dari kepalanya tengah duduk di atas bebatuan. Ia sendirian. Pandangannya menerawang jauh di hamparan pemandangan alam di bawah sana. Sempat  kami sapa, namun ia cuek saja. Tak perdulikan kami yang tengah hunting foto-foto di bukit yang dipenuhi bebatuan gunung. Hanya memberi isyarat agar tak diganggu. Mungkin sedang patah hati. Atau mungkin kecewa lantaran tulisan yang ia dan pacarnya pahatkan di bebatuan bukit itu ternyata tak mampu menghentikan lunturnya cinta mereka.

Tulisan-tulisan cinta hampir tersebar di bebatuan gunung kapur yang tersebar di atas lahan tak lebih dari 500 meter persegi di dataran tinggi itu. Ada: "Aric Cinta Ummi", "Tya Cinta Seno", "Danar Cinta Fika". Kata cinta ditulis dengan simbol. Tulisan-tulisan ini hampir memenuhi bebatuan di bukit itu. Sayangnya, banyak yang luntur lantaran menulisnya dengan spidol atau tipe-ex. Sehingga banyak yang sulit terbaca. Bahkan mungkin banyak pula yang hilang seiring perjalanan waktu dan guyuran air hujan.

"Saya tidak tahu, apa ini mitos bagi mereka atau tidak, sehingga menulis cintanya di bebatuan itu. Mungkin jahil saja sih," kata Saryanto, pemilik lahan parkir di area perbukitan itu.

Semestinya, kata Saryanto, mereka tak sekedar menulis dengan tipe-ex atau spidol.

"Harusnya dipahat di bebatuan itu, biar tulisan mereka tak luntur atau tak hilang. Jadinya kan cinta-cinta mereka bakalan tak luntur," berkelakar Saryanto.

Bukit Cinta belum ada sedasawarsa dikenal. Bagi generasi muda-mudi sebelum tahun 2005, bisa jadi belum mengenal Bukit Cinta.

"Bahkan saya sendiri yang lahir dan besar di sini, dan punya lahan di sini kaget waktu dikasih tahu Bukit Cinta itu adalah Gunung Selo Parang yang ada di atas sana itu," ujar Saryanto sambil menunjuk perbukitan tak jauh dari lahan parkirnya.

Kejadian itu diingat Saryanto pada 7 tahun silam. Ketika itu tiba-tiba banyak muda-mudi yang datang berkunjung ke tempatnya, dan bertanya letak Bukit Cinta itu. Sempat bingung, Saryanto hanya menunjuk Gunung Selo Parang.

"Seingat saya itu tahun 2005. Saya tidak tahu ada nama Bukit Cinta di sini. Mungkin nama ini gara-garanya sering disebut di salah satu radio ketika itu. Banyak yang berkirim salam, dan menyebut nama Bukit Cinta. Tidak tahu siapa pertama kali yang mencetuskan nama Bukit Cinta. Yang pasti, masyarakat sekitar sini dulunya hanya mengenal nama Gunung Selo Parang," panjang lebar Saryanto.

Dari lahan parkir Saryanto, Bukit Cinta bisa ditempuh dengan 270 langkah kaki, jalan menanjak. Jauhnya tak kurang dari 50-an meter.

"Biasanya ramai pada hari Minggu. Jam antara 10 pagi sampai 3 sore. Lebih banyak yang datang itu berpasang-pasangan. Anak-anak muda, pelajar SMP dan SMA. Pernah juga dikunjungi anak-anak berseragam sekolah, ramai-ramai datang bersama gurunya. Mungkin tamasya kelas," cerita Saryanto.

Pemandangan di atas perbukitan itu memang cukup indah, seperti pada umumnya pemandangan di dataran tinggi lainnya. Tampak memandang di selatan, SPBU pinggir jalan masih terlihat. Di sebelah timurnya, nampak dua tower BTS selular. Sementara jika mau meperhatikan ke arah barat, masih nampak samar-samar gereja dengan gedung tertinggi di kota Blora.

Bukit Cinta dapat ditempuh sejauh tak kurang dari 2 kilometer dari jalan raya. Ada pertigaan jalan ke Desa Tempel saat melintas di jalan raya Jepon-Cepu. Sepanjang 300-an meter masuk ke jalan Desa Tempel tersebut, sebelum Balai Desa Tempel terdapat pertigaan jalan ke kiri menuju Lemahbang. Dari pertigaan ini, menempuh jalan sejauh 1,5 kilometer akan mendapati pertigaan ke kanan. Dari pertigaan itulah, mengikuti jalan tersebut akan sampai di waduk yang telah ada sejak tahun 1981. Di area waduk itulah, Bukit Cinta baru bisa ditempuh dengan jalan kaki. Anda tinggal memarkir kendaraan sepeda motor di areal milik Saryanto.

Sayangnya, jalan sejauh 1,5 kilometer dari pertigaan balai desa Tempel naik ke Lemahbang hanya 800 meter saja yang cukup nyaman dilalui. Selebihnya, yang 700-an meter jalannya tergolong tak layak dilalui. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar