Enam buku tentang masyarakat Samin atau Sedulur Sikep memperkaya pustaka tentang sejarah kehidupan Masyarakat Samin di Jawa Tengah. Keenam buku itu bisa menjadi referensi masyarakat yang ingin mengetahui seluk-beluk masyarakat pengikut Samin Surosentiko.
Keenam buku itu adalah Samin Kudus Bersahaja di Tengah Asketisme Lokal (2008), Nihilisme Peran Negara: Potret Perkawinan Samin (2009), Perempuan Samin Dehumanisasi Sistemik di Tengah Benturan Budaya (2009), Pendidikan Agama vis a vis Pemeluk Agama Adam (2009), Kodifikasi Ajaran Samin (2010), dan Perlawanan Samin (2012).
Moh Rosyid, penulis buku-buku itu, mengatakan, masyarakat Samin merupakan masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai moral. Mereka sangat menjunjung tinggi kejujuran dan persaudaraan.
Mereka juga mempunyai semangat melestarikan alam dan lingkungan. Pasalnya alam dan lingkungan merupakan tempat mereka hidup dan juga yang menghidupi mereka.
"Masyarakat Samin kerap mendapat pelabelan buruk sebagai masyarakat yang miskin, bodoh, pembangkang, dan tertutup. Namun kenyataannya tidak benar," kata Rosyid.
Rosyid menambahkan, masyarakat Samin mempunyai kearifan lokal yang bisa menjadi inspirasi bangsa Indonesia yang tengah krisis moral. Mereka mempunyai semangat perlawan ketika bumi, tanah air, mereka terancam.
Di Kudus, masyarakat Samin pernah melawan secara frontal pembangunan saluran irigasi Jratun Seluna yang melewati tanah mereka. Di Pati, masyarakat Samin bersama warga lain berani menyuarakan penolakan pembangunan pabrik semen.
"Selama ini, ajaran, kehidupan, dan kearifan lokal mereka terwariskan secara lisan. Saya ingin nilai-nilai yang baik itu dapat diketahui masyarakat luas dan tercatat," kata Rosyid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar