BLORA,goasentono.com - Bisa jadi ini karena warga
di desa di Kabupaten Blora butuh hiburan gratis atau merindukan kumpul
guyub sejenak melupakan rutinitas harian.
Sejumlah desa melalui
para perangkat desa meminta Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan
Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora menggelar hiburan layar tancap
di desanya masing-masing. DPPKKI pun menyambut baik permintaan
tersebut. Namun karena keterbatasan personel dan peralatan serta
terutama dana, tidak semua permohonan itu dipenuhi.
‘’Di bulan
September ini kami menjadwalkan empat kali pelaksanaan sosialisasi
pembangunan dan hiburan melalui layar tancap di empat desa. Artinya,
dalam satu pekan minimal satu kali kegiatan,’’ ujar Kepala DPPKKI Blora,
Bondan Sukarno, Minggu (16/9).
Sebenarnya menurut dia program
sosialisasi pembangunan lewat layar tancap sudah selesai dilaksanakan
tahun ini. Yakni dengan melakukan kegiatan di beberapa desa. Hanya saja
setelah warga di desa lainnya mengetahui program kegiatan yang
dilaksanakan DPPKKI tersebut, merekapun menghendaki desanya dijadikan
tempat pelaksanaan sosialisasi dan hiburan melalui layar tancap.
‘’Beberapa kepala desa dan camat menghubungi kami. Mereka minta layar
tancap dilaksanakan di desa mereka,’’ tandasnya.
Bondan Sukarno
yang juga mantan kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) mengemukakan pada
bulan September ini, layar tancap akan dilaksanakan di Desa Mojorembun
Kecamatan Kradenan (14/9), di Desa Sumberagung Kecamatan Banjarejo
(19/9), di Desa Sendangmulyo Kecamatan Kecamatan Ngawen (21/9) dan pada
26 September 2012 di Desa Gadon Kecamatan Cepu. ‘’Antusiasme masyarakat
desa terhadap layar tancap ini ternyata sangat tinggi,’’ tegasnya.
Ditambahkan
pula layar tancap masih mengandalkan film visi dan misi bupati. Hiburan
dari tayub remaja di pelataran Candi Borobudur, Kirun Cs, dan film Ki
Samin Surosentiko Melawan Ketidakadilan. Dalam kegiatan itu dilakukan
penyuluhan pajak, keluarga berencana, dan perbankan Bank Jateng.
Crew
film, Samedi Joko Waspodo, menambahkan tingginya antusiasme warga
tersebut mungkin wujud dinamika alam dari kejenuhan masyarakat yang
melihat TV acaranya begitu-begitu saja. ‘’Dalam kegiatan layar tancap
itu anak-anak dan orang tuanya berbaur jadi satu membawa layar terpal
sebagai alas duduk penonton sampai akhir film jam 24.00,’’ ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar