Blora (goasentono.blogspot.com) KENTHONG nada uluk-uluk (peringatan) dipukul bertalu-talu, sebagai isyarat agar masyarakat di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Blora segera datang untuk melakukan kenduri sesaji ketupat tradisi Wuku Gumbreg.
Mendengar
bunyi kenthongan, warga berdatangan membawa sesaji ketupat buatannya dari
rumahnya masing-masing.
Ada yang
membuat sebanyak sembilan jodo (18 ketupat), delapan jodo (16) dan tujuh jodo
(14). Ketupat-ketupat itu, kemudian dikumpulkan di sepanjang jalan sekitar
pertigaan Sunggun yang kearah Sendang, untuk sesaji kenduri Wuku Gumbreg atau
Gumbregan. Uniknya dari prosesi ini, para pamong desa (kamituo, bayan, modin)
tidak memakai ketupat, tetapi pakai sego liwet (nasi liwet).
'' Tradisi ini
telah mewaris secara turun-temurun sejak dari nenek moyang. Setahun dilakukan
sekali, yakni setiap hari Jumat Pahing pada Wuku Gumbreg, kalau dulu diadakan
setelah tandur (menanam padi), acara ini tidak boleh dihilangkan, danyange
Sunggun yang berupa Harimau putih akan marah jika prosesi ini di hilangkan
dengan cara menampakkan wujudnya '' ujar Pak Salim salah satu tokoh Warga
Sunggun.
Kenapa harus ketupat…?? “ wah kalau itu saya kurang paham, masalahnya ini sudah tradisi dari nenek moyang, jadi kita-kita ini tinggal ikut saja” Tandas pak Salim.
Kenapa harus ketupat…?? “ wah kalau itu saya kurang paham, masalahnya ini sudah tradisi dari nenek moyang, jadi kita-kita ini tinggal ikut saja” Tandas pak Salim.
“ Tapi yang
jelas ketupat itu mempunyai filosofi yang tinggi, yang perlu diperhatikan dalam
prosesi gumbregan syaratny harus ada kupat luar, kupat luar ini bentuknya lain
ama ketupat lainnya, dan tidak ada isinya alias kosong…..” tambah pak salim.

Tradisi
Gumbregan tahun ini, digelar Jumat
pahing (3 Februari 2012) sekitar jam 06.00 dengan diikuti seluruh warga
Sunggun. Modin, bertugas menyampaikan petuah secara kejawen (tanduk), kemudian
diteruskan dengan pembacaan doa, semua warga mengamininya. Doa di panjatkan
sebagai ungkapan terimakasih karena telah menjaga semua hewan, menjaga pangonan
(pengembalaan), menjaga sumber air, juga doa kepada leluhur yang di percaya
mendirikan kampung setempat.
Semuanya
bertujuan senantiasa memberikan kebaikan, khususnya kepada warga pemilik ternak
yang berdoa dan memohon berkah kesejahteraan dan kemakmuran kepada Tuhan.
Usai
dipanjatkan doa, sesaji ketupat yang dikumpulkan menggunung di tengah kerumunan
penduduk yang melakukan ritual kenduri itu, kemudian dibagikan pada yang hadir.
Sebagian dibawa pulang untuk dimakan bersama anggota keluarganya.
ada tiga hal
penting dalam penyelenggaraan ritual Gumbregan.
Pertama,
sebagai pernyataan syukur kepada Tuhan. Kedua, pernyataan terima kasih kepada semua bebahu (tenaga) penggarap sawah. Ketiga, sebagai penghargaan kepada rajakaya (ternak), khususnya kerbau atau sapi yang pernah berjasa ketika digunakan untuk membajak sawah.
Fotografer : Micoe Tietisan Moesttary
Kamera : Poenya Lies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar