Kamis, 29 Desember 2011

Situs Arkeologi pada Hutan Randublatung di dusun Kuwung Desa Mendenrejo Kec.Kradenan Kab. Blora




 Menurut Grahame Clark secara sederhana pengertian arkeologi adalah suatu studi sistematik tentang tinggalan arkeologi (antiquites) sebagai alat untuk merekontruksi masa lampau. Melihat pengertian diatas, maka benda arkeologi merupakan bagian dari benda-benda cagar budaya.

Dalam UU No.5 Tahun 1992,  pengertian Benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang merupakan kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya yang berumur sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya yang khas sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap  memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.


Kawasan hutan KPH Randublatung berbatasan dengan wilayah hutan Propinsi Jawa Timur serta berdekatan dengan aliran Sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Jawa. Pada zaman dahulu Sungai Bengawan solo merupakan jalur transportrasi air yang ramai. Karena menghubungkan Kota Raja Surakarta dengan Laut Jawa. Bengawan Solo juga merupakan sungai yang telah tua usianya sehingga pada daerah sepanjang alirannya banyak  diketemukan peninggalan-peninggalan purbakala atau benda cagar budaya. Hal tersebut tidak lepas dari kebiasaan masyarakat pada zaman dahulu dimana mereka biasa hidup di sepanjang aliran sungai.

Daerah sekitar aliran Sungai Bengawan Solo merupakan daerah yang banyak menyimpan situs-situs budaya dan purbakala, seperti di daerah Sangiran Sragen yang sudah sangat terkenal di dunia sebagai daerah situs purbakala. Selain itu, ternyata pada kawasan hutan KPH Randublatung yang berdekatan dengan aliran Sungai Bengawan Solo juga terdapat daerah yang banyak diketemukan fosil-fosil purbakala dan situs-situs budaya.

Petak 123 RPH Mendenrejo BKPH Beran KPH Randublatung yang secara administrative terletak di dusun Kuwung Desa Mendenrejo Kec.Kradenan Kab Blora, merupakan lokasi yang banyak di ketemukan fosil binatang purbakala. Fosil-fosil tersebut diketemukan dalam endapan tanah sedalam tiga meter dari permukaan tanah. Menurut ahli gajah purba Universitas Wollongong Australia Gert Van den berg yang mengunjungi  lokasi tersebut pada akhir tahun 2009, jenis fosil yang diketumukan dilokasi adalah Banteng purba: Duboisia santeng, Kerbau Purba Bubalus paleokarabau, tempurung kura-kura jenis batagurit. Lokasi penemuan merupakan alur sungai bengawan solo purba dan merupakan daerah endapan lumpur. Kemungkinan binatang-binatang tersebut dahulu mati dalam kubangan lumpur, kemudian menjadi fosil selama ribuan tahun. Beberapa fosil yang diketemukan  di lokasi tersebut sebagian telah dipindahkan di Museum Mahameru Blora untuk alasan keamanan, namun beberapa penemuan baru masih di simpan di Pos Polhut Petak 123.

Sedangkan pada petak 122 diketemukan makam pada masa Mataram Kuno. Makam tersebut awalnya berada didalam tanah, namun saat ini telah disusun kembali dalam permukaantanah. Makam tersebut terbuat dari susunan batu bata merah yang berukuran cukup besar-besar dibandingkan batu bata yang umum dibuat saat ini. Lokasi makam terletak kurang lebih 100 meter dari Situs Budaya Ngreco petak 123 c RPH Mendenrejo BKPH Beran. Lokasi makan kuno tersebut telah diteliti oleh peneliti dari Puslitbang Geologi Bandung, bahkan mereka sudah membuat sumur di dekat lokasi yang akan di jadikan sebagai tempat penelitian. Secara terpisah ketika hal tersebut ditanyakan pada Wardiyah S.Hum . (peneliti di BP3 Yogyakarta), BP3 Yogyakarta  belum mengetahui mengenai penemuan situs budaya di kawasan hutan KPH Randublatung. Padahal seharusnya berita tersebut sampai pada BP3 Yogyakarta karena masih masuk dalam wilayah kerjanya. 

Sementara itu menurut Mugni, S.Hut Kasi PSDA KPH Randublatung, melihat banyaknya benda-benda yang memiliki nilai sejarah tinggi disekitar lokasi tersebut, rencananya lokasi tempat penemuan benda-benda arkeolongi tersebut akan diusulkan  menjadi kawasan Situs Arkeologi KPH Randublatung.  Penetapan lokasi menjadi situs Arkeologi di harapkan lokasi tersebut mampu di kembangkan sebagai lokasi penelitian, wisata sejarah dan pelestarian budaya bangsa. Dalam konsep HCVF, situs arkeologi merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai konservasi tinggi (NKT) 6 yang wajib di jaga dan dilestarikan ileh setiap pengelola kawasan hutan yang baik. Sedangkan  Zaenal Abidin, S.Hut. Asper BKPH Beran Pos Polhut Petak 123 rencananya akan dibuat sebagai museum mini yang berfungsi sebagai tempat memajang fosil-fosil yang diketemukan di sekitar lokasi. Selain sebagai tempat pusat informasi dan pengamanan situs, pos tersebut juga akan dijadikan sebagai tempat pengumpulan fosil yang di temukan oleh masyarakat sekitar hutan. Renvana tersebuat merupakan sebuah inisiatif yang bagus dari pihak management KPH Randublatung untuk turut serta memelihara dan mengamankan benda yang memiliki nilai sejarah tinggi.

Kita tunggu Realisasinya....


1 komentar:

  1. dulu waktu masih SD.....yang namanya Ngreco itu tempat yang singit.....menyebut namanya saja jadi takut.....ternyata peninggalan purbakala

    BalasHapus